BSdlBSW0GUGoBSz9BSC7TfM9GA==

Museum Pusaka Nias Genap 30 Tahun, Wali Kota Tekankan Pentingnya Pelestarian Warisan Budaya

Gunungsitoli | InfoFakta – Wali Kota Gunungsitoli, Sowa’a Laoli, dan Wakil Wali Kota Gunungsitoli Martinus Lase, menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-30 Museum Pusaka Nias yang digelar di Museum Pusaka Nias, Kota Gunungsitoli. Perayaan ini mengusung semangat pelestarian budaya, edukasi, serta pembangunan generasi muda yang mencintai warisan leluhur, Selasa (11/11/2025).

Dalam sambutannya, Wali Kota Gunungsitoli menyampaikan bahwa momen peringatan HUT Museum Pusaka Nias tahun ini dimaknai melalui tiga misi utama, yakni: membangun edukasi dan kebanggaan generasi muda terhadap akar budaya, memperkuat advokasi keberlanjutan kelembagaan museum agar tetap tangguh, serta meningkatkan apresiasi dan komitmen pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

“Museum merupakan tempat mengajarkan arti perjuangan, kebudayaan, dan identitas leluhur. Generasi muda harus terus belajar memahami warisan budaya Nias dan sejarah yang tidak boleh dilupakan,” ujar Wali Kota.

Beliau menegaskan bahwa museum harus menjadi sarana pendidikan dan media pembelajaran sepanjang hayat, sekaligus tempat berkunjung yang menyenangkan bagi masyarakat. Dengan dukungan semua pihak, museum diyakini akan terus hidup dan memberi manfaat bagi generasi mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri Museum Pusaka Nias, Pastor Yohannes M. Hämmerle, OFMCap., mengenang kembali perjalanan panjang berdirinya museum tersebut. Ia menuturkan bahwa gagasan mendirikan Museum Pusaka Nias telah muncul jauh sebelum peletakan batu pertama dilakukan tiga puluh tahun lalu. Semangat itu tumbuh sejak dirinya bertugas sebagai Pastor Rektor Distrik di Telukdalam pada tahun 1978 hingga 1987, ketika mulai mengumpulkan artefak, tradisi lisan, dan catatan budaya masyarakat Nias.

Lebih lanjut, Pastor Yohannes menjelaskan bahwa pada tahun 1990, melalui semangat Konsili Vatikan II, muncul dorongan untuk membangun museum sebagai upaya melestarikan nilai-nilai budaya lokal. Dengan segala keterbatasan, ia bersama para rekan rohaniawan dan mitra internasional bekerja keras membeli lahan, mengumpulkan koleksi, serta membangun fondasi museum yang kini berdiri megah di Kota Gunungsitoli.

“Segala upaya ini bukan semata untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk menegaskan jati diri dan kebanggaan kita sebagai masyarakat Nias yang memiliki warisan budaya yang unik dan luhur,” ujar Pastor Yohannes.

Beliau juga menyampaikan rasa syukur atas dukungan dari berbagai pihak, termasuk Missio Aachen (Jerman), Ford Foundation (Amerika Serikat), serta para peneliti seperti Prof. Alain Viaro dan Prof. Ingo Kennerknecht yang turut berperan dalam pengembangan museum dan penelitian budaya Nias.

Sementara itu, Ketua Panitia HUT ke-30 Museum Pusaka Nias, Ny. Veny Sowa’a Laoli, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas dukungan seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan rangkaian kegiatan perayaan tersebut. “Perayaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi wujud nyata kebersamaan kita dalam merawat budaya dan menghargai sejarah. Terima kasih kepada seluruh panitia, sponsor, serta masyarakat yang telah memberi dukungan dan semangat bagi kelestarian Museum Pusaka Nias,” ujarnya. (Iman Lase)

Komentar0

Type above and press Enter to search.